Lagu

Senin, 25 September 2017

Perihal kau, Daun dan September


Kutemui dirimu dingin tanpa aksara. Menoleh tanpa arah.Dan aku dengan duka. Duduk memeluk kedua lututku dengan erat, erat iya sangat erat bahkan daun-daun itu mendekat berserakan. Terserak, terinjak kaki manusia yang lalu lalang, sementara aku masih bersusah payah​ menahan pedih itu . Udara semakin pekat ketika aku berdiri mash mematung di garis yang sama. Ada apa?

 Aku masih mematung, mengamati hiruk pikuk manusia melepas kepergian. Aku masih berharap dapat membeli waktu yang lalu
 ketika kita baik-baik saja. Sangat baik.
Angin kemarau telah menerbangkan daun itu setabah ia pergi. Aku tersadar september telah membawa semua!!!
Setabahlah daun gugur itu!!!

Rubia Syarifuddin

Minggu, 10 September 2017

LONG DISTANCE RELATIONSHIP


Malam ini tak seperti kemarin langit gelap tanpa cahaya,  memandanginya cara terbaik menelan rasa.  Kau tau bagaimana rasanya berada pada "jarak"?  Dari awal kita menjalaninya dengan jarak dan hari inipun kita masih melebur bersama jarak.  Hebat sekali mereka yang masih tetap bersama karena bertahan dan berjuang bukan hal perkara mudah. Ahh sayang sepertinya aku rindu. Apa kau ingat bagaimana caramu mendapatkan nomor telepon ku?  Susah ya?  Apa kau masih ingat bagaimana kau begitu marah bila tak ada kabarku?  Dengan berbagai alasan aku beri agar kau tenang.  Apa kau masih ingat pertama kali kita ketemu? Saat itu kita masih malu" menampakkan diri kita.  Apa kau masih ingat bagaimana kita saling mencari bila tak ada "kabar"??  Aah sial aku jadi wanita melow malam ini terasa sekali rasa" asin" menyentuh indra pengecapku.

Hai sayang....
sepertinya akhir-akhir ini kau sibuk. Impianmu yang begitu besar akan masa depanmu menjadikanmu over time. Bahkan terkadang kau tidak memperhatikan dirimu sendiri. Ingat sayang sehat itu mahal dari "impian"  karena tanpa sehat impian itu "nothing"

Hai sayang...
Banyak sekali perubahan ku dua tahun ini, aku yang kekanak-kanakan,  tidak peduli siapa mereka,  gengsi,  tak sabar ,  egois,  apa yang aku suka itu yang aku ingini.  Tapi sekarang beda, jarak ini mengajariku banyak hal. Menjadi dewasa caraku menghilangkan sifat "kekanak-kanakan ku". Dengan peduli caraku membunuh "gengsi" ku. Menunggumu adalah cara terbaikku menjadi wanita "sabar ". Saling mengerti caraku membuang "keegoisanku". percaya adalah satu-satunya caraku untuk "bertahan".

Hai sayang....
Dengan "jarak"  kita tau betul bagaimana cara kita menghargai waktu. Dan dengan jarak setiap bertemu kita masih seperti pasangan yang masih mula.

Hai sayang....
Dengan menulis ini aku hanya ingin berbagi,  karena dengan menulis aku bebas mengeluarkan rasaku,aku  hanya ingin kau tau perempuan yang kau kenal 2tahun yang lalu masih sama.  Masih tenggelam bersama rasa. Sayang aku hanya ingin membuktikan pada mereka bahwa pejuang LDR itu pasti bisa. Aku tau jalan pun punya ujung.  Aku yakin begitupun "kita"

Terimakasih telah menjadikan ku wanita yang sabar!!!

Palopo,  10 September 2017 

Rabu, 15 Maret 2017

Langit sore tanpa angin !!!

Sore dihari rabu langit enggan menampakkan senja,  dibalik gorden hanya langit yang menyapa dan suara burung walet tak henti_hentinya bereuforia dibalik gedung samping rumah.  Bukankah itu sangat membosankan?
Dan Aku masih duduk mendapati seorang diri
 kuhadapkan wajahku ke jendela ia selalu ada seperti fatamorgana melalui dahan-dahan yang rapuh meyapa sosok dengan kepedihan dalam hati yang sedang menulis. Seakan berkata lewat sayupnya untuk selalu mengingat dia. Aku pun bertanya pada biru, karna hanya dia yang mampu melihat yang tak mampu ku lihat saat ini , apa yang dia lakukan,? Tidakkah tampak bayanganku dimatanya meski sesaat? Kau tau,  mendengar keluhanmu adalah sisa_sisa waktu atau lelahmu.  (I Just listen and always listen) Tapi aku tak mau.. sepertinya dia yang sepoi tak kunjung sudi meneriakkan salam. Tidak dengan hatinya. Tidak dengan matanya.
Aku telah memutuskan untuk mengambil sang biru sebagai sahabatku, bukan angin. Tapi tidak sekarang. Nanti. Kata yang tak ku tau kepastiannya untuk datang, atau mungkin tak akan pernah datang atau datang disaat aku tak lagi "mampu" merasakan belaian angin yang selalu mengacak tiap helai rambutku.

Sekali lagi dia menyapaku dari balik jendela dan hilang dalam keheningan sore

Palopo 15 maret 2017
Catatan sendu disore menjelang magrib!!! 

Sabtu, 11 Maret 2017

Maret yang sendu!!

Dibalik jendela ada kelopak yang tak henti memperhatikan, disana ada tetesan ranting yang menggemuru.
 Dan malam mulai menusuk kulitku, menyisakan lebam kasat mata diantara iga-iga tak bertuan. dingin yang maya membangunkan beberapa butir airmata tatkala wajah kelabu yang selalu nampak dalam temaramnya dunia bunga tak pernah mengukir keindahan nyata seperti selama ini mengisi beberapa kekosongan batin. tak kutemukan rasa sayang disetiap bait melankolisnya yang mengalun jenuh penuh peluh tanpa keluh. bayangnya tak kunjung melayang atau memudar meski gelengan kepalaku merasa enggan mengajukan tanya. Malam yang mengacaukanya.

cahaya belum kunjung berberkas, malam masih mengantuk, dan aku tengah berada di antaranya, terjaga dengan otot yang kelu, layu, tidak kaku bersama angin yang juga masih diam membisu. kudapati suaramu memecah hening, menanyakan keadaanku dan apa yang kulakukan. kau mendapatiku masih lekat bersama kebisuanku yang menerawang kegelisahan bayangnya dan kau pun berlalu.
aku tersandar di bingkai jendela. aku geli menyaksikan langit malam yang untuk pertama kalinya marah. bukan kah telah ku ceritakan kesahku padamu. temaram mencipta siluet di ufuk-ufuk fajar, mencakar bentuk-bentuk emas diantara kanfas hitam yang membiru, membunuh malam. Dan aku menjemput maret yang sendu!!!




Palopo,  11 maret 2017
06:29 pm

Jumat, 08 April 2016

Sejenak Terhanyut dalam "Bumi Manusia!!



 
Mendahuluiku mengajariku melihat bumi disisi lain.......

Tepat dua hari yang lalu aku merasa dibalikkan waktu. Jiwaku bertransformasi  menuju  masa lalu. Ini  bukan masa laluku. Aku menuju masa lalu yang tak pernah kujumpai dalam lintasan waktuku. Aku berkenalan dengan beberapa orang yang sudah cukup hangat ditelinga, perkenalan yang bisa dikatakan begitu singkat dan diriku mulai mengenal yang namanya cinta monyet entah dari mana asal perasaan itu mungkin inilah yang disebut “tuntutan pubertas”.
Namanya Minke. Dia adalah manusia keturunan jawa yang semampu mungkin keluar dari kepompong kejawaannya menuju manusia yang independen tanpa harus dependen. Aku sama sekali tak mengenalnya dan kupastikan diapun tidak mengenalku sekalipun itu melalui angin indera keenam karena memang kami tak akan saling mengenal.  Katanya dia dilanda cinta monyet dengan seorang noni  yang berkulit putih, halus, berwajah eropa namun bermata pribumi. Karena cinta monyetnya beberapa monyet- monyet lain mulai mengintai hidupnya.
Monyet- monyet yang menggaggu hidupnya itu berlagak manusia biasa namun tak beradab. Monyet yang tanpa pakaian. Namun entah bagaimana monyet-monyet itupun berubah berpenampilan adab dalam peradaban . Mungkin inilah yang dinamakan monyet yang merangkak akan kekuasaan namun lupa akan pakaian mereka.
Ya kemarin ada rasa aneh mendahului nalarku mungkin ini sedikit gila, tapi inilah yang kurasa. Terbesit dalam pikiran aku adalah seorang perempuan yang penasaran ingin menjadi  pria. Sosok minke telah merubahku sesaat tapi dalam kurung waktu tak lama sampai aku tersadar oleh perempuan- perempuan yang cerdik.

Dia .....
Nyai Ontosoroh, Annelies, Bunda, Sarah de la Croix dan miriam de la croix. Mereka telah membebaskanku dari ide gila yang telah menggaggu pikiranku. Aku berasa di ajak dalam pergulatan bangsa Pribumi dan dunia Eropa antara kekuatan, pengetahuan dan kelemahan. Tiga kata yag berlawanan namun tipis perbedaannya. Saat aku melihat kebencian, dendam yang masih menabung di dalam jiwa dan akhirnya menjadi bentuk kelemahan. Inilah hidup dari masa ke masa. namun mereka telah  berhasil memberiku pelajaran yang tak ternilai dan meruntuhkan logika terhadap pengetahuan juga telah hilang kelemahan yang menaklukkan kekuatan.

Aku terkagum dan merasa tak berdaya saat melihat seorang perempuan pribumi yang diserahkan oleh ayahnya  kepada tuan besar yang penuh birahi hanya dengan karena sebuah “jabatan”  inilah hidup yang bisa dikatakan demi berkuasa apapun akan dijualnya sekalipun itu darah daging sendiri.berapa kalipun melawan kekuatan yang telah berlipat kali lebih besar dari negeri yang telah tumbuh bersamanya.

Aku melihat seorang perempuan berparas cantik dengan wajah Eropa bersama kelemahan yang dibius setiap kali hilang daya menghadapi gejolak kehidupan yang tak adil dan terkadang bersikap kekanak-kanakan saat seorang pemuda terpelajar yang dicintainya berada di sisinya sampai pemuda tersebut meminta dirinya untuk tidak dibebaskan darinya.

Dan aku merasai dalam air mata seorang bunda yang sangat menyayangi anak lelakinya yang tak pernah memaksakan kehendak, tak pernah menyiksa, biar satu cubitanpun , tidak dengan kata, tidak pula dengan jari. Dan hari itu pula bunda tersedu sedan tak berkata hanya dengan tetesan air mata yang jatuh ke pipi anaknya saat akan dihantarkan menuju pelaminan.

Dua perempuan yang cerdas membuatku terpukau dengan sederetan kata mereka yang begitu susah untuk kucerna dikepalaku dan tak menjangkau pemikiranku...
Aku adalah perempuan yang terpaut dan terhipotisme dengan perjuangan mereka merasa lemah di hadapan perempuan- perempuan dalam hidup Minke  yang menjunjung “Bumi Manusia”. Dan Bumi Manusia telah membuat diriku sadar arti “Pribumi”


Untukmu yang membaca “ cinta tak lain dari sumber kekuatan tanpa bandingan, bisa mengubah, menghancurkan atau meniadakan, membangun atau menggalang”